Jumat, 21 Agustus 2015

PUISI : MENGHARAP SULUH

MENGHARAP SULUH


Sajak Udho Hendra 
I
bait-bait sajak nan telah renta
ditelan halusinasi purba
syahdan, sekadar bualan permisif saja
menatap sejumput temaram
yang superlatif

sesaat setelah sesosok tua menyatroni setumpuk jerami lusuh
di sudut kisruh sembari berbisik :
" di mana kilau cahaya masif di rupamu, saat mengentas sekelebat amarah
nan berbilang-bilang?"


II
larik-larik sajak masih saja berparade menyongsong rikuh
dan sekonyong-konyong memberangus ilusi yang membubung
 kepak-kepak mimpi nan meliuk-liuk di jejaring atma
nan menghampiri resah
:"kaulempari saja, sinar yang tiada menghirau temaram!"
 teriak sosok tua itu, masih tak jua beranjak
dari jerami nan semakin melusuh
melulu


III
tetapi kaulihatlah rembulan, meski sedetik, lalu kausapa
bait-bait dan larik-larik sajak itu
sesungguhnya suluh masih tersisa
walau sekadar gebalau
: dan sudahlah!


padang, 22 april 2015/ 3 rajab 1436 h, di saat lampu pudur

Tidak ada komentar: