Rabu, 15 Oktober 2014

Gajah dan Pelanduk

KALAU kondisi negeri kita masih begini-begini, perlukah kiranya kita buncahkan cerita tentang kebinatangan (fabel) sebagai manivestasi arogansi sikap manusia terhadap dirinya sendiri?
Jangan terburu nafsu untuk merespons-nya, jika kita sendiri tidak mengaku bahwa secara implisit telah terkontaminasi karakter hewan dalam ikhtiar meng-solve segala pernik-pernik persoalan, terutama politik, ekonomi (dengan tetap langgengnya keterpurukan si ‘rupiah’ terhadap si dolar), atau tetap bengkalainya urusan sembako hingga detik ini.
Dulu, kita pikir setelah Soeharto lengser dari keprabon-nya, negeri ini —lewat golongan elite-nya seperti Pemerintah—-  pasca Soeharto, para mantan, para politisi, akademisi, dll, akan betul-betul berubah, ternyata kontrari ; mungkin lebih massif ketimbang waktu-waktu sebelum Soeharto step down.
Kini, gajah-gajah telah saling sikut.  Bayangkan, bila gajah-gajah yang berbadan luar biasa besar itu —yang dari dulu senantiasa dilatih para pawang untuk bersirkus ria— sudah gontokan-gontokan  satu sama lain. Mereka merasa sudah sebegitu superiornya, hingga binatang-binatang lain (yang tersekap dalam kungkungan label marginalisasi,grass root, golongan madani, atau terminologi lain tentang rakyat badarai)  —konsekuensi dari ‘persikutan’ dan/atau pertarungan antar gajah— menjadi tersangat inferior. Rumput milik binatang lain diinjak-injak, bahkan diback up demi biaya perjuangan para gajah.
Seperti kata pepatah  : gara-gara gajah berjuang dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengahnya, maka rakyat bawah dieufemismekan sebagai pelanduk. Lihatlah, conflict of interest golongan-golongan elite, terutama Pemerintah dengan para pengamat atau sesama pengamat, dan sebagainya. Toh, rembesan kemiskinan dan kemeranaan buntutnya menghunjami pelanduk juga. Sehingga dalam akuntabilitasnya, talenta para pelanduk untuk “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” sebagai imbas dari jargon‘equality before the law’, hanyalah sekadar sloganistik belaka.
Sesungguhnya, fabel itu telah menginfiltrasi segala diskursus tentang panggung perpolitikan di bumi republik ini. Dikotomi antargajah, kini seakan sudah  sedemikian menggunung mengekploitir harta milik pelanduk. Saksikanlah, betapa sekarang untuk mendapatkan kulit pisang saja, para pelanduk mesti berkompetisi, saling bunuh antar sesama pelanduk, saling jarah antar pelanduk.  Rumah sebagai kandang pelanduk —yang mereka bikin sampai menghabiskan jutaan butir peluh sebagai energi— pun turut dilempari oleh para pelanduk lain.
Pada hakikatnya, di mana pun raja pasti ingin memanfaatkan kekuasaannya. Tidak itu gajah, harimau dan singa pun lebih dari serakah. Kalau gajah, makanan pokoknya masih sama seperti pelanduk : masih mencari rumput-rumput. Cuma, kalau sudah mengamuk, tentu Anda lebih tahu ketimbang saya. Namun, seganas-ganasnya gajah, kebuasan seekor harimau niscaya lebih extraordinary. Tengoklah, betapa para warga hutan menyimpan sifat paranoid, dalam soal centeng atau mencari urang bagak saja, harimau syahdan mengklaim dirinya sendiri sebagai raja tanpa melalui pemilihan umum terlebih dahulu. Kalaupun ada pemilihan raja, paling-paling kandidat-nya pun hanya satu. Tanpa ada lembaga legislatif yang mengawasi gerak-gerik raja sebagai kontinuasi setelah itu, menurut kemestian yang layak.
Agaknya, imperium harimau dengan style  begitu, sudah teramat suitable sebagai amsal penguasa yang otoriter dan bertendensi tirani. Sekarangpun sukar untuk memenjarakan harimau, yang mungkin  sudah bertumpuk-tumpuk menjarah harta warga proletar hutan belantara. Biarpun —seandainya— para warga meminta pertanggungjawaban harimau apabila sudah turun takhta, sesiapa yang berani memulai untuk memerintahkn Jaksa kerajaan hutan agar rezim harimau itu mengembalikan  harta yang telah ia jarah selama bertahun-tahun? Andai Jaksa sudah pula berbulat tekad, maka akan bersiaplah ia untuk dimundurkan (sebenarnya dicampakkan). Konon, pemimpin baru pengganti harimau mengatakan bahwa dalih si Jaksa diganti lantaran ia tidak proaktif.
Bagaimanapun, warga  hutan sekarang  belum lagi plong, disebab kelobaan di era harimau masih tampak menuansai kekuasaan  penggantinya. Namun, warga hutan —terutama pelanduk, tentu saja— tidak pernah menyoal siapa yang mamacik tampuk petinggi di negeri utopia, negeri di mana mereka hidup berabad-abad.
Bagi pelanduk, misalnya,  tidak perlu mengadakan unjuk rasa  guna mendatangi gedung sebagai kandang legislatif hutan jika pemimpin di negerinya cukup aspiratif. Dan ia tak mau peduli, siapa pun yang dipilih (sesungguhnya diangkat) menjadi raja sama saja (toh, kekuasaan cenderung korup, seperti dikatakan Sosiolog Inggris, Lord Acton :“power tends to corrupt”), asal  jangan sampai menginjak-injak rumput yang telah berabad-abad pula menjadi makanan utama para pelanduk.
Yang penting bagi pelanduk kini, adalah  bagaimana agar gajah- gajah rukun satu sama lain (itu hampir absurd dan tak mungkin), atau rumput yang sering diinjak-injak inyiak balang (julukan harimau di  Minang,pen) semasa berkuasa tidak turut di back-up oleh Pemerintah pengganti, lantas dijual mahal ke pelanduk-pelanduk atau teman-teman lain yang sama- sama bermakanan pokok rumput. Itu saja.
Tulisan ini dimuat dalam Rubril “Kolom” di Singgalang,  Padang, Minggu, 28 Juni 1998

Sabtu, 11 Oktober 2014

Moralitas Penguasa dan Konsep Teori Negara



APABILA dilayangkan pertanyaan, “negara apa dan penguasa yang bagaimana diimpikan oleh semua individu di dunia ini”, maka siapapun akan bersegera menjawab negara makmur yang dipimpin oleh penguasa bermoralitas. Ini jelas dan pasti.
Tetapi, apakah dengan begitu, orang-orang (baca: individu) tadi secara mudah langsung menuding dan memuncratkan pertanyaan baru “bagaimana sih cara ia memimpin? Kok ia tidak becus begitu? Dan  –jelas— ada seribu pertanyaan lain, yang pada realitasnya adalah bertendensi kepada ketidakpuasan dan keinginan yang membabi buta terhadap keadilan abstrak, konsekuensi  yang mungkin terbit —berkenan dengan ketidakpuasan— mengarah dan menjurus pada sikap negatif (negative behavior) kemudian lebih cenderung vulgar dan mengadakan  ‘penggangguan’ (chaos) di mana-mana.
Ini apabila dipikirkan lebih jauh, tidak bisa dilakukan perbuatan ‘saling  menyalahkan’ yang ujung-ujungnya menyulitkan kita dalam usaha mencari penyelesaian yang sebenar-benarnya. Bahwa, antara penguasa dan orang yang dipimpinnya, sesungguhnya memiliki satu visi yang relatif sama, Artinya, penguasa dan orang yang dipimpin tersebut, sama-sama mendambakan keamanan, ketenteraman, ketenangan yang transparan. Ini kadang banyak yang disalahtafsirkan oleh sebagian orang. Karena menurut pandangan mereka, instinct balane antara penguasa dan rakyat, cenderung melebih-lebihkan penguasa, Sehingga, keseimbangan yang diinginkan menjadi tidak jelas, kata mereka.
Pandangan itu tidak keliru, namun apa yang terjadi sebaliknya juga tidak salah. Sebab baik penguasa maupun rakyatnya, memiliki hak dan kewajiban yang tidak sama dalam konseptual ketetanegaraan di mana pun, Secara pragmatis, instinct balance itu baru mencuat jikalau positif rakyatnya dalam implikasi yang terarah.
Sikap mengagungkan penguasa
Adalah Niccolo Machiavelli —hidup pada masa-masa renaissance— yang menegaskan dalam bukunya Il Principe (Sang Penguasa/Raja atau Buku Pelajaran untuk Raja), bahwa tujuan negara ialah mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketenteraman. Ini, menurut, Machiavelli, hanya dapat dicapai oleh Pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasaan absolut, tetapi bukanlah sebagai tujuan terakhir. Tujuan yang lebih tinggi, kata Machiavelli,  adalah ‘kemakmuran’ (sebagai orang Florence, Italia, kemakmuran itu ditujukan Machiavelli untuk semua rakyat Italia) bersama.
Yang lebih krusial, kata Machiavelli lagi, bahwa negara tersebut adanya adalah untuk negara itu sendiri dan mestinya negara mengejar tujuan dan kepentingan sendiri dengan cara sangat licik sekalipun, Bahkan, kontroversi sikap Machiavelli tercermin pada prinsip memisahkan kekuasaan (asas-asas ketatanegaraan) dari asas-asas moralitas, di samping sikap ketidakacuhan terhadap teori keagamaan (teologis).
Keberanian (atau lebih kasar disebut ‘kegilaan’) Machiavelli tampak pada ‘penghalalan’ kekuasaan absolut oleh penguasa, juga legitimasi dalam pemgkultusan keukuasaan sang penguasa yang sewenang-wenang —seperti tindakan kekerasan, penipuan, bujuk rayu,kelicikan dan sebagainya— bertendensi menghimpit kepentingan masyarakat yang dipimpinnya, Bagi Machiavelli, masalah kekuasaan bukanlah soal legitimasi moral, melainkan bagaimana kekuasaan yang tak stabil menjadi stabil dan abadi, sekalipun bagaimana upaya untuk melebarkan sayap (baca: ekspansi) kekuasaan tersebut.
Di samping itu, Machiavelli percaya bahwa keluhuran dan kemuliaan martabat  manusia terungkap bukan dalam kerendahan hatinya, tetapi dari ‘kebanggaan’, bukan menderita karena kejahatan melainkan  kepuasan karena mampu membalas kejahatan (yang diperintahkan oleh Sang Penguasa atau Raja).
Jika dicermati lebih jauh, pragmatisme yang diajarkan Machiavelli (terutama dalam buku Il Principe – nya) adalah tersignifikasi kepada sekuler —dilihat dari penolakan terhadap keimanan (agama)– serta pengagung-agungan penguasa secara terbuka dan terkonstelasi.
Sejalan dengan ajaran Machiavelli, juga dikemukakan oleh Jean Bodin, ahli ketatanegaraan Prancis (pada abad XVI/zaman renaisasance). Menurut Jean Bodin, tujuan negara adalah kekuasaan, Sehingga terkesan, bahwa Jean Bodin hanya sekadar pelanjut atau latah mengkuti ajaran Machiavelli semata.
Moralitas politik
Masalah moral perlu dimasukkan ke dalam institusi negara, apalagi dalam ikhtiar menjembatani jiwa kepemimpinnan negarawan sebagai pengejawantahan kebijakan politiknya, Oleh sebab itu, antara moralitas dan etika berpolitik mesti sejalan, da mesti dikonsultasikan secara integratif ; tidak seperti paham Machiavelli yang seolah melecehkan struktur ketatanegaraan yang baku dan modern.
Memang pada masa lampau itu banyak para sarjana ahli negara dan hukum yang kontra terhadap teori Machiavelli — di antaranya Thomas Hobbes, John Locke dan Frederik Yang Agung— karena mengenyampingkan dan/atau menyimpang dari tradisi pemikiran politik Barat. Thomas Hobbes dan John Locke memilih garis pemikiran yang realistis dalam konsep teori kenegaraan, sehingga hampir semua negara di dunia mengikuti pandangan mereka terutama tentang negara dan penguasa.
Baik Hobbes maupun Locke, sama-sama menyodorkan pertanyaan “apa manusia itu” dan “apa masyarakat dan negara itu”, yang selanjutnya berjumpa pada persoalan apa kewajiban politik itu, Jelas, pandangan Hobbes dan John Locke kontradiksi dengan pandangan Machiavelli yang sama sekali tidak tertarik pada kewajiban politik tersebut (Anti Solaiman, Honeste Vivere, November 1990: 34).
Sebagai ahli negara dan hukum, John Locke, misalnya, berpandangan bahwa dalam keadaan bebas atau alamiah, manusia itu telah mempunyai hak -hak alamiah, yakni hak manusia yang dimiliki secara pribadi seperti : hak untuk hidup, hak untuk kebebasan/kemerdekaan serta hak untuk memiliki sesuatu (yang kesemuanya ini disebut sebagai hak dasar, atau dikenal hak asasi manusia di masa sekarang). Sedangkan tujuan negara, menurut John Locke, adalah perjanjian masyakat untuk membentuk masyarakat yang bertujuan memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia. Sehingga,  John Locke memandang perlu adanya pembatasan terhadap kekuasaan yang absolut (Suhino, 1986: 110).
Dari teori-teori ini, apabila dikaitkan dengan konsep negara —di dalam mewujudkan impulsif positif—-   alangkah layaknya menapaki etika politik sebagai prinsip, terutama pada saat memerintahkan bagi sang penguasa mana pun. Etika politik itu mesti dijelaskan pada rakyat yang terlanjur tergantung mengidolakan ketenangan. ketenteraman, dan  keamanan hdiup di sebuah negara. Sehingga dalam relevansinya, perlu menyelaraskan kepentingan penguasa dan rakyatnya dengan adanya statement yang konkret dan detail, seperti adanya penjelasan politik (political clarity).
Yang tak kalah vitalnya, prinsip konkret eksistensi sebuah negara, setuju dan sependapat menafikan teori Machiavelli di atas yang teramat jelas mengatasnamakankepentingan sendiri penguasa ketimbang kepentingan megara dan rakyat. Negara-negara yang menolak teori Machiavelli, sepakat menyusun undang-undang yang mengikat seluruh individu tanpa kecuali dan mengadakan check and balance dalam segala bentuk kebijakan penguasa terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Pada akhirnya, dapat dikonklusikan bahwa moralitas politk mutlak, perlu mengejawantahkan konkretisasi dari penguasa guna meyakini kemerataan, Hal ini dapat menjadi  bahan referensi terutama bagi  negara-negara miskin dan terbelakang —-seperti sebagian besar negara-negara di Afrika, misalnya—- yang mengambang dalam menetapkan kebijakan politik intternalnya.
Catatan: artikel opini ini pernah dimuat di Harian Singgalang, Padang, Rabu, 27 Agustus 1997.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Pada Pinta yang Memeluk Asa

Sajak Udho Hendra



sungguh melenakan waktu
    yang telah terbias begitu saja
       kala sejumput pamrih menggapai asa
: sedetik bagimu bagai segunung harap
       "kapankah usai?" gumammu, suatu ketika

sekelebat rindu
     seakan menuai ringkih pada bongkahan risau
         yang memapah gusar
: "bukankah berlembar kertas murka telah
       kaututup dengan senyum sumringah
           saban pagi di saat kukuk ayam
               saling bersahut-sahutan?"

maka, mari kaukalungi kedatangan rindu
   yang menghunus fajar
       masih menyingsing
: dan sekonyong-konyong
     melulu menyongsong surya!

padang, 30 agustus 2014

Kamis, 28 Agustus 2014

DI KOTA YANG TERLUKA

DI KOTA YANG TERLUKA

Puisi Udho Hendra 

 puing puing purba diterpa debu
 menjilat jelanta
 di suatu  kota nan telah  renta
: kerut wajah kota pun kian mengurat resah

 menuai luka nan menganga
 begitu saja!

 di kota nan haus oleh kering
 dan di  bibir jalan yang  tampak retak

  di luka yang memburangsang!

 padang,  6 Februari 2014

DEMI SEBUAH GENGSI

Di Singapura, --yg konon termasuk negara Kaya dan berpendapatan besar-- saja mobil hanya bisa dihitung dengan jari di jalan raya. Rakyat Singapura malah lebih nyaman naik MR T ( kereta bawah tanah) serta pejalan kaki lebih banyak. 
Bahkan, trotoar saja di Singapura itu sama besarnya dengan Jalan Lebar 12 meter di Indonesia, ada tempt duduk umum utk para pejalan kaki yg lelah "jalan kaki"....
Rakyat Singapura bukan tak sanggu beli mobil, tapi pajak mobil memang lebih mahal. 
Di Indonesia, justru bagaimana mempermurah semuanya, sehingga akhirmya memanjakan rakyat, pengusaha {dealer ) mobil, menjual mobil dengan target..Bahkan dg hanya DP 15 juta saja sudah bisa membawa mobil pulang....meski --katanya dirancang irit bahan bakar sekalipun-- namun mengeluh saat BBM Bersubsidi hendak dicabut oleh Pemerintah.....dan menolak menggunakan Pertamax dengan alasan klasik : MAHAL.


Semua itu ada karena DEMI GENGSI, PAMER ATAU SHOW FORCE.... padahal mobil itu adalah KONSUMTIF yang MEMILIKI PENYUSUTAN YG SANGAT TINGGI.
atau NILAI JUAL YG MEROSOT.


Juga, Negara kaya lainnya seperti CHINA ATAU TIONGKOK, rakyat China masih intens menggunakan sepeda sehari hari ketimbang mobil. 
Tak usah jauh -jauh, warga Indonesia golongan Tionghoa di Indonesia saja , lebih banyak menggunakan sepeda motor dalam kesehari -harian mereka ketimbang menggunakan mobil. Mreka bukan tak punya mobil, tapi mereka memakai prinsip irit, efisiensi dan ekonomis. Mobil baru mereka gunakan sekali seminggu atau pada hari libur utk rekreasi, Beda jauh dengan golongan pribumi di negeri ini. Kenapa?
KARENA GENGSI,,..

SELAMAT MENIKMATI GENGSI DALAM KEHIDUPAN.



SALAM GENGSI!

Minggu, 10 Agustus 2014

PADA EKSOTIS ASA

PADA EKSOTIS ASA

Sajak Udho Hendra

masih membayang asa diguliti ampas-ampas semalam
dan seolah mengumbar harap pada segumpal silhuet gairah
pada gurat-gurat purba yang rerimbun oleh
aksesoris senyum yang imitatif
: yang masih bersisa

sejumput gurau pun menyongsong desahan ilusi menggapai keping basa basi yang usang dan gerah
seakan hanya memuncrat mimpi-mimpi masa silam
: "berilah aku parade halusinasi kolokan tentang segerombol mimpi-mimpi eksotismu! " pintamu suatu waktu

entah bila!

padang, 10 agustus 2014/14 syawal 1435 h

Kamis, 07 Agustus 2014

KOMENTAR SEORANG SAHABAT REMAJA TENTANG ANAK MUDA BERPRESTASI DI INDONESIA

KOMENTAR SEORANG SAHABAT REMAJA TENTANG ANAK MUDA BERPRESTASI DI INDONESIA
  Oleh Komunitas Ayah Edy


Terkait posting ini:
"KEBERHASILAN SEORANG ANAK BUKAN DI TENTUKAN DIMANA DIA BERSEKOLAH ATAU SEBERAPA TINGGI PENDIDIKAN YANG DI TEMPUHNYA TAPI LEBIH DITENTUKAN OLEH BERAPA TINGGI CITA-CITA DAN KERJA KERAS YANG DILAKUKANNYA SERTA DUKUNGAN DARI KEDUA ORANG TUANYA".

Jika Anda masih ragu-ragu dengan pernyataan ini, coba baca kisah singkat berikut ini; http://m.jpnn.com/news.php?id=249923

Komentar dari fb: Azeez Møréðsgn

Azeez Møréðsgn:
ma'af, sebenarnya buaaanyak banget anak anak Indonesia yang sudah menghasilkan ribuan dollar masing masingya tiap bulannya dari bekerja antar negara seperti ini, ada banyak bidang, desain grafis, penulis, copywriter, pembuat template, dll. dengan tanpa dukungan pemerintah mereka berusaha sendiri, sangat disayangkan pernyataan pak Menteri Tifatul Sembiring bahwa "..kalau internetnya cepat mau buata apa..???" ini sungguh mencederai kami pak.. karena internet di Indonesia sungguh-sungguh menimbulkan fitnah, pernah saya di sangka bekerja lambat oleh klien saya hanya karena terlambat saat mengirim file, padahal keterlambatan karena proses upload yang sangat berat untuk file file besar. kita perlu pemimpin yang melek kreatifitas, tolong segera, jangan bertele tele seperti orang orang yang nganggur jam segini lagi pada nongkrong di ruang sidang MK
Unlike · Reply · 69 · 23 hours ago

Larangan Menggunakan Jilbab di Bali

Di Sekolah sekolah negeri di Bali --baik SMP atau SMA-- bagi siswa siswa perempuan, dilarang menggunakan Jilbab atau hijab.
Umumnya, kalimat yg digunakan :"Dilarang Menggunakan Atribut Keagamaan (Jilbab)".
Itu dicantumkan di aturan sekolah atau buku saku siswa di sekolah di Bali....
(tvOne, 7 /8/2014, jam 08.30-09.00)

Beginikah cara diskriminasi terhadap Islam di Bali?.

Na'uzubillah minzaliq..

PENTINGKAH MEMAKSAKAN ANAK USIA DINI DAN SD WAJIB BISA BACA TULIS HITUNG?

PENTINGKAH MEMAKSAKAN ANAK USIA DINI DAN SD WAJIB BISA BACA TULIS HITUNG?

Oleh : Komunitas Ayah Eddy di Facebook:


Seorang guru di Australia pernah berkata kepada saya

“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Saya mengekspresikan keheranan saya, karena yang terjadi di negara kita kan justru sebaliknya.

Inilah jawabanya;

1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”

”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;” jawab guru kebangsaan Australia itu.

1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.

2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..

4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)

6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.

7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.

8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.

9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.

10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.

12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain

dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

1. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”

2. Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.

3. Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.

4. Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.

5. dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga.?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, SEKOLAH2 dan Kementerian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral. ?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini ?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia.

Yuk kita ajari anak kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik,

Yuk kita mulai dari keluarga kita terlebih dahulu, ... mau ?

Salam syukur penuh berkah...

Ayah Edy Parenting

Tolong di baca juga artikel berikut ini:

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=592069320864173&set=a.144983902239386.35784.141694892568287&type=1&stream_ref=10

Selasa, 29 Juli 2014

Happy Eid Mubarak

Happy Eid Mubarak


Bahwa, arti Happy Eid Mubarak sebenarnya sederhana saja. Itu biasa diucapkan oleh orang Pakistan sebagai ucapan yang diucapkan pada saat Hari Raya Idul Fitri, adapun arti secara sedehananya Arti Happy Eid Mubarak hanyalah berupa ucapan selamat hari raya.

Arti Happy Eid Mubarak kalau secara kata-perkata merupakan campuran Inggris dan Arab, di mana happy merupakan kata dari bahasa Inggris, dan Arti Eid Mubarak berasal dari bahasa Arab.

Arti Happy Eid Mubarak kalau diindonesiakan bisa bermakna Selamat Hari Raya Idul Fitri, eid merupakan hari raya, dan mubarak itu maksudnya membawa berkah, jadi intinya bermakna Selamat Hari Raya Idul Fitri dan semoga membawa berkah...
Kini Happy Eid Mubarak memang merupakan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri secara Internasional..utk menyambut Hari Kemenangan Umat Islam ini
..
Demikianlah arti dari Arti Happy Eid Mubarak yang bisa kami jelaskan, mudah-mudahan dipahami dengan baik dan memuaskan.
Sumber:
http://www.kemhan.com/2012/08/arti-happy-eid-mubarak.html?m=1#.U9bZPRnZFFs

Semoga berguna.


Selamat Idul Fitri 1435 H

Assalamualaikum Wr. Wb.
Para Sahahatku yg Tercinta yg Seiman dan Seagama..

Idul Fitri 1435 H pd hari ini telah kita nikmati sebagai ajang silahturahiim..ajang saling bermaaf-maafan. 
Idul Fitri momen yg tepat utk saling meminta maaf (tanpa mengurangi utang piutang jika masih ada) pd sesama manusia tanpa kecuali.
Makna Idul Fitri, dilandasi oleh rendah hati dan keikhlasan..
Sesungguhnya, yg meminta maaf terlebih dulu lebih mulia di mata Allah Swt dibanding yg menerima maaf (dan/atau yg memaafkan)..
Allah Swt saja Maha Pengampun dan Menerima Tobat manusia..kenapa manusia tdk?.

Sahabatku..
Jika ada Rasa Iri dan Dendam di hati kita, musnahkanlah. Dendam dan Iri itu sesungguhnya milik syethan... (iblis akan selalu dendam pd manusia sampai kiamat tiba).

Para Sahabatku yg Dimuliakan Allah..
Hindarkan eforia yg berlebihan di Hari Kemenangan ini....
Makanlah lontong atau ketupat secukupnya... Jgn berlebih-lebihan.
Berhentilah sebelum kenyang.

Bersyukurlah pd Nya..
Ucapkanlah Alhamdulillaah berulang -ulang...atas segala nikmat yg telah Allah berikan pd kita...
Kita masih bisa merasa jumawa, senang, penuh suka cita, di Lebaran kali ini...
Tetapi, lihatlah ke bawah...
Masih banyak, yg ber Idul Fitri di rumah sakit... juga banyak keluarga yg menemani saudara mereka di Rumah-rumah sakit...
Dan. .lihat juga Saudara kita di Gaza, Palestina saat ini..... Meskipun memasuki gencata senjata selama 12 jam..mereka masih trauma, sedih, dan penuh ketakutan menikmati Idul Fitri...

Bersyukurlah kita...
Masih makan dengan nikmat..bahagia bersama keluarga dlm suasana lebaran yg indah...

Selamat Idul Fitri 1435 H
Taqabbalallaahu wa minna waminkum shiiyamana wa shiiyamakum,minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin..



Sabtu, 19 Juli 2014

Membangun Mental Siap Kalah

Oleh Prayudhi Azwar

Juara atau Pemimpin Sejati tidak hanya dinilai dari kerendahan hati saat raih menang. Juara atau kepemimpinan sejati lebih diukur dari kesiapan mental dan kebesaran jiwa saat kalah. Itulah sikap yang kita tuntut pada calon pemimpin bangsa ini. Itu juga sikap yang harus kita pelajari, teladani.

Di alam bawah sadar, perlu kita tanamkan: pilpres ini bukan perang. Kita bersaudara, tidak ada permusuhan diantara kita. Ini hanya latih tanding (sparing partner), untuk mendapatkan pemimpin yang membawa kita memenangi pertarungan bangsa Indonesia yang sebenarnya. Pertarungan mengatasi masalah domestik kita yang membelit. Pertarungan menjawab tantangan mengangkat peradaban luhur bangsa ini.

Karena itu, baca slogan yang telah sempat hipnotis ini:
"Kami pasti menang, kecuali dicurangi"
“Kalau KPU jujur, kami pasti menang”.
“Jika berbeda dengan QC atau RC versi hitung kami, maka KPU pasti salah”.
“Menang atau lawan”, Menang atau rusuh”.
Sekarang, hapus tanpa bekas dari memori kita.

Lalu, dengan niat baik, kita renungi slogan baru ini, tanamkan di hati dan simpan di alam bawah sadar kita:
“Tidak ada yang sah secara hukum, selain hitungan resmi KPU”.
“KPU lembaga negara yang kita hormati dan percayai".
"KPU jujur, transparan menyajikan data, terawasi secara ketat oleh Panwaslu dan seluruh peserta pemilu”.
“Perbedaan pendapat selesai dengan damai lewat MK".
"Pemilu tak boleh buat setetespun darah anak banga tertumpah”.
“Kita siap menang tanpa jumawa. Kita siap kalah dengan besar jiwa.
“Siapapun yang menang adalah pemimpin kita. Kita dukung dan kritik membangun”

Mari setiap kita berjuang menurunkan tensi, mendinginkan suasana. Memastikan kecemasan huru-hara setelah 22 Juli 2014 tidak pernah terjadi. Mari kita buat polisi yg siap tembak di tempat dan TNI yg telah siaga 1, hanya salah menduga, karena masyarakat sipil Republik ini cinta damai dan sangat beradab.

Prayudhi Azwar
Perth, 17 Juli 2014

Skenario Klaim Menang Sepihak & Tuduhan KPU Curang Sudah Sangat Membahayakan Negara

Oleh Prayudhi Azwar

Skenario klaim sepihak dan tuduhan KPU curang yang terus dipropagandakan pada pemilu kali ini sudah keterlaluan. Sudah sampai taraf MEMBAHAYAKAN keutuhan negara yang kita cintai.

Padahal sudah jelas TIDAK ADA landasan hukum yang sah selain REAL COUNT KPU sebagai dasar penetapan pemenang Pilpres. Adapun perbedaan dapat dituntaskan di MK. Landasan hukum ini sudah disepakati semua parpol (termasuk PDIP, Gerindra, dll) sebagai aturan main yang sah dan ditetapkan sebelum pemilu dimulai.

KPU tahun ini juga sudah bertindak LUAR BIASA TRANSPARAN. Membuka akses data hingga form C1. Meminta kedua kubu memantau dari awal hingga akhir. Jika propaganda kemenangan BUKAN berdasarkan real count yang diumumkan KPU sendiri masih diteruskan. Jika klaim kemenangan sepihak ini terus dipaksakan untuk menggiring opini dan menekan KPU. Maka artinya para pelaku dipastikan adalah orang-orang yang punya NIAT JAHAT terhadap NKRI.

Itu artinya PEMIMPIN, POLITISI, MEDIA, LEMBAGA SURVEI, INTELEKTUAL, PELAKU atau INDIVIDU tersebut memang menginginkan Indonesia rusuh, pecah dan berdarah-darah. Dilanda konflik panjang, persis seperti yang terjadi di UKRAINA sejak tahun 2004, yang terus belangsung lebih dari 10 tahun hingga saat ini. Tidak peduli rakyat Indonesia akan sengsara. Tak peduli keutuhan negara akan terkoyak, asal kekuasan dalam genggaman.

Tidak ada jalan lain selain semua kita MENAHAN DIRI dan MENEGUHKAN KEPERCAYAAN kita kepada lembaga negara yang sah: KPU.
Menunggu dengan sabar real count diumumkan OLEH KPU sendiri.
(Bukan oleh hitungan sendiri, lembaga survei, pengamat atau siapapun).

Para PEMIMPIN BERKEWAJIBAN menanamkan mental SIAP MENANG – SIAP KALAH terhadap semua konstituennya.
Bila pemimpin enggan melakukan ini, berarti dia BUKAN pemimpin kita. BUKAN pemimpin yang tulus mencintai Indonesia. Berarti dia hanyalah pemimpin NARSIS, yang HAUS kekuasaan, mengalahkan cintanya kepada ibu pertiwi. Pemimpin/politisi ini TIDAK PATUT DITELADANI dan DIIKUTI.

Kita, simpatisan kedua calon presiden, masing-masing berkewajiban MENGINGATKAN semua pemimpin agar benar-benar bersikap NEGARAWAN.
Itu bila kita menolak mengikuti provokasi media, lembaga survey, dan politisi yang menyimpan agenda jahat terhadap negeri ini.
Itu bila kita menolak hasutan menjadi pengkhianat-pengkhianat bangsa ini.
Itu bila kita PEDULI dan IKHLAS kepada negara ini.
Itu bila kita SAYANG sama generasi penerus, anak cucu kita.

Maka pikirkan sungguh-sungguh dimana kita mestinya berdiri? Siapa yang kita BELA? Keutuhan NKRI atau NAFSU berkuasa segelintir elit di negeri ini?

Prayudhi Azwar
16 Juli 2014

Bukan tentang Kemenangan. Ini tentang Nilai dan Keseimbangan

~Bukan tentang Kemenangan. Ini tentang Nilai dan Keseimbangan~
Oleh Prayudhi Azwar


Menyikapi kekalahan itu teramat mudah. Sangat ringan bagi hati. Ketika simpati dan empati kita terhadap seseorang semata didasari pembelaan kita terhadap nilai kebaikan. Terhadap kesimbangan hidup.

Seperti terhadap Jokowi-Ahok (J-A). Itu pembelaan kita menentang kezaliman isu agama dan non-pribumi, yang mengalahkan nilai merit system. Nilai yang dibutuhkan pemimpin efektif menjalankan roda pemerintahan. Meski saat itu, survey LSI 8 April 2012, meyakinkan kita pasangan ini akan kalah karena elektabilitas hanya 14,4%, kita tidak peduli. Elektabilitas incumbent, Foke-Nara, yang mencapai 49,1%, jauh melampaui syarat 30% untuk menang, tidak sedikitpun membuat nyali menciut. Karena pembelaan atas nilai dan keseimbangan hidup, mengalahkan hitungan menang-kalah.

Dalam konvensi suatu partai, membela Dahlan Iskan semata demi memulihkan ketidakseimbangan dalam ekspos media. Kurangnya pujian atas prestasinya yang monumental di PLN dan BUMN. Tergantikan tuduhan miring salah fakta tentangnya. Meski secara nasional elektabilitasnya tak lebih dari 10%, tapi kembali hati tak peduli itu. Mengusungnya adalah dorongan alami bagi yang merindukan keseimbangan. Dalam ikhtiar itu telah terkandung satu esensi kemenangan: kepuasan di jiwa.

Demikian juga kini. Simpati dan empati terhadap Prabowo Subianto (PSD) adalah ikhtiar alami nurani. Ikhtiar mengembalikan martabat dan kehormatan seorang putra bangsa, yang telalu lama dinistakan. Didera beragam isu daur ulang: HAM, utang triliunan, psikopat, mendekati gila, brutal, dlsb. Padahal rekam jejaknya bicara berbeda. Lulusan terbaik Akabri 1974. Komandan Kopasus 08, paling dicintai dengan rekam jejak fenomenal. Telah lolos ikut konvensi capres satu partai besar tahun 2004. Pernah diusung cawapres partai besar lainnya tahun 2009. Bahkan dijanjikan diatas materai di Batu Tulis sebagai capres 2014. Telah dua kali lolos screening kesehatan fisik, jiwa dan mental oleh tim dokter terbaik di Republik ini. Sudah dua kali lolos seleksi KPU, sang wasit legal, bebas lilitan utang atau pelanggaran hukum dan lainnya.

Karenanya, pembelaan terhadap PSD ini tidak sedangkal persoalan kalah-menang. Tak surut, meski elektabilitasnya saat itu tertinggal jauh, 20-30%. Karena nurani tak peduli itu. Kalah atau menang bukan urusan. Nurani mendesak hati bersuara membela sosok yang paling terzalimi. Mendesak tangan menorehkan empati. Melancarkan kata menyuarakan nilai dan rasa kemanusiaan. Menyemangati hati mengembalikan nama baik dan kehormatan salah satu putra terbaik nusantara ini.

Maka andai PSD tidak jadi presiden, hati tetap menyimpan bahagia. Tidak akan ruang bagi sesal apalagi bagi sedih dan kecewa. Sebab memperjuangkan keseimbangan, membela nilai kebaikan, adalah kemenangan hidup itu sendiri. Itulah kemenangan hakiki di hati para pencinta kemanusiaan sejati.

Jika akhirnya KPU resmi mengumumkan teladan ini memenangi pilpres?
Itupun bukan esensinya.
Itu hanya taburan bumbu-bumbu penyedap rasa belaka.

Prayudhi Azwar
19 Juli 2014

Legitimasi Lembaga Survey

Seharusnya Lembaga Survey khusus utk Quick Count Pilpres juga dibentuk oleh KPU yg tersumpah dan netral (berafiliasi dgn KPU sehingga hal ini dianggap resmi oleh rakyat dan jadi acuan atau referensi bagi seluruh media massa, TV dan media online).
 Ini menurut saya yg sejatinya menjadi DAS SOLLEN bagi penyelenggaraan Pilpres. Sedang lembaga - lembaga survey lain hanya sebagai pembanding semata. Artinya, silakan mengadakan Quick Count tetapi tidak bisa menjadi acuan bagi pelbagai pihak dan rakyat. 
 Memang hasil Quick Count tidak dijamin --oleh karena hasil manual KPU lah yang sah-- namun setidaknya ini dapat dipakai menjadi standard yg ditetapkan oleh KPU. Harus ada legalitas tentang pembentukan lembaga resmi milik KPU ini. Atau, minimal lembaga yg ada tetapi digaransi netralitasnya, lantas diadakan Nota Kesepahaman (MoU) atau jika perlu dengan memorandum of agreement (nota persetujuan) dengan KPU.
 Dengan kejadian pasca hari pencoblosan --terutama pengklaiman masing masing capres secara sepihak versi masing-masing-- yg ada saat ini ironisnya hanyalah menghasilkan "kebingungan rakyat" hingga 22 Juli 2014 mendatang, sebagaimana jadwal KPU dan juga pengumuman oleh Ketua KPU, Husni Kamil Manik, di pelbagai TV kemarin (9/7/2014). 
Yang kita kuatirkan, rakyat --tentunya pendukung masing-masing Capres-- tidak percaya atau tidak menerima hasil KPU kelak, meski Mahkamah Kontitusi (MK) yg memperkuat Keputusan KPU itu. KPU memiliki beban yg berat meyakinkan rakyat (khususnya para pendukung kedua Capres). Kita berharap, tidak terjadi apa-apa di negeri ini. Aamiin.

 Udha Hendra
 Padang, 10 Juli 201 4/ 13 Ramadhan 1435 H

Berkaca pada Sejarah Kepemimpinan RI 1

Mari berkaca pd Sejarah negara Indonesia....

1. Soekarno (1945 -1966) Sipil -21 tahun..
Di masa kepemimpinannya, terjadi:
A. Pemberontakan PKI Madiun 1948;
B. Pemberontakan PRRI -Permesta 1958. (PRRI di Sumbar dan Permesta di Sulsel);
C. Pemberontakan G 30 S PKI - 1965;
D. Supersemar. 11 Maret 1966.

2. Soeharto (1966-1998) - Militer - 32 tahun..
A. Peristiwa Malari 1974 - bukanlah Pemberontakan;
B. Peristiwa Tanjung Priok - Bukan Pemberontakan 1984;
C. Penjatuhan kekuasaan oleh Kekuatan mahasiswa dan People Power 1998;

3. BJ Habibie (1998 -1999) - Sipil - 1 tahun..
Jajak Pendapat di Timtim. Sekaligus pelepasan Timtim dari bagian Indonesia. 1999;

4. Gus Dur (1999 - 2001) Sipil - 2 tahun...
Keputusan Kontroversi termasuk membuka hubungan diplomatik dg Israel.

5. Megawati Soekarnoputri (2001-2004) Sipil - 3 tahun..
A. Pelepasan Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia;
B. Privatisasi BUMN dan penjualan Indosat ke Singapura; 2002.

6. Susilo Bambang Yudhoyono (2004 -2014) Militer - 10 tahun..
Lahirnya KPK.
Bnyaknya terungkap kasus kasus korupsi. Meningkatnya impor. Tdk beraninya renegosiasi dg Freeport

Dari hal hal yg di atas, silakan Anda perbandingkan, lama nya Sipil dan Militer berkuasa. Berapa tahun? Dan peristiwanya.

Soekarno adalah sipil tp ikut memanggul senjata..ikut berjuang melawan Belanda dan Jepang..sblm menjadi proklamator di kemerdekaan RI.

Silakan saja renungkan dg baik. Komen lah dg pikiran jernih, buanglah pikiran negatif yg emosional. Terima kasi

Filosofi Piala Dunia dan Pilpres


Filosofi Piala Dunia dan Pilpres




Hari ini, The Dream Team Brasil, Tim Samba, tuan rumah, dipermalukan oleh Tim Panser Jerman, 1-7, di babak semifinal Piala Dunia 2014.
Banyak yang tidak menyangka, tim sekelas Brasil --yang meraih lima kali juara dunia-- itu justru kalah dengan angka yg sungguh telak dan pd saat semifinal (4 besar terbaik) pula.
Tak sedikit yg meneteskan air matanya tatkala menyaksikan gol demi gol yg bersarang ke jala gawang yg dijaga Julio Caesar, kiper Brasil.
Tetapi itulah sepakbola. Sepakbola tidak cukup dengan hitungan matematika. Dan sepakbola bukanlah sekadar tulisan di kertas dengan setumpuk jejalan strategi pola permainan. 
Yg menentukan dalam sepakbola justru adalah di lapangan pertandingan. 

Namun, ada hal menarik yg patut kita cermati bersama-sama seusai menyaksikan pertandingan Brasil vs Jerman itu.
Bahwa, betapa penonton tuan rumah, para pemain, para official tim Brasil pasrah, menerima kekalahan dengan ikhlas, walau ada yg tertunduk lesu. Mereka mengakui kekalahan, dan kehebatan Jerman. 
Betapa indah, penuh haru jauh dari rasa amarah, murka --apalagi anarkis--- dari para pendukung Brasil ketika pertandingan telah berakhir. 
Pemain andalan Brasil, Neymar --yg menderita cidera karena patah tulang pinggang saat bermain dengan Kolombia di babak perempat final, sehingga pemain Barcelona ini tdk bsa tampil bertanding lawan Jerman--- tertatih-tatih dengan tongkatnya menjambangi rekan-rekannya, turut menghibur seusai pertandingan. 
Sebuah adegan yg patut ditiru oleh bangsa ini, sejatinya, bukan saja dalam dunia sepakbola yg telah menjunjung tinggi sportivitas dg jargon fair play, seperti yg diatur oleh induk sepakbola dunia, FIFA, tetapi juga dalam segala sektor kehidupan bernegara (baca: dunia politik).

Seyogyanyalah bersamaan dengan pesta pemilihan presiden (pilpres) hari ini, 9 Juli 2014, kita meneladani filosofis sepakbola tersebut. Yaitu, menerima kekalahan dengan ikhlas, legowo dan sportif, tanpa perbuatan anarkis. Terimalah dengan "dewasa". Ambil hikmah dan pelajaran dari kekalahan. Mungkin ada rahasia Allah Swt di balik ini dan jadikanlah ini guru terbaik. Sebaliknya, bagi pemenang, jadikan ini cobaan, utk menatap masa depan bangsa. Mengabdi pada rakyat. Jadi pelayan rakyat. Mempertahankn NKRI dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Penuhi segala janji janji sebagaimana visi dan misi.

Jadikan Pilpres 2014 ini sebagai contoh bagi negara negara lain. Perlihatkan kepada dunia, bahwa negara Indonesia adalah negara Demokrasi terbesar ke 3 di Dunia setelah India dan Amerika Serikat. Maka hindarkan benturan fisik dan perbuatan onar atau anarkis. 

Padang, 9 Juli 2014/ 12 Ramadhan 1435 H

Jual Beli Serangan di Gaza, Palestina, Impian Gencatan Senjata


Mayjen TNI (Purn) Sudradjat dlm wawancara di tvOne, 16/07/2014 : "Setidaknya ada 4 komponen inti dunia agar Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata di Gaza yakni : Liga Arab, United Nation (PBB), Uni Eropa dan Amerika Serikat. "


Tetapi malam ini, di Kairo, Mesir, PM Israel Benyamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmood Abbas, Petinggi Hamas akan berunding guna gencatan senjata. Jika perundingan menemui kebuntuan, maka serangan Israel ke Hamas di Gaza akan kembali diteruskan oleh Israel dg Serangan darat.

Mari kita doakan,agar perdamaian tercapai dan Israel - Hamas saling mengalah demi kemanusiaan. 

Tolong aamiin kan doa ini (tulis Aamiin YRA di komen) 

"Ya Allah, Yang Maha Damai, Damaikan lah mereka yaa Rabb..
Ya Allah Yang Maha Kuat, beri lah kekuatan Mu pd agar Israel dan Hamas supaya menghentikan tembak menembak yg membunuh korban warga sipi yg tak berdosa. 
Yaa Allah, Yaa Rabb Yang Maha Agung.. Kabulkan doa kami..
Hanya kepada Mu lah kmi memohon, hanya kepada Mu kami meminta, hanya kepada Mu kami berserah diri. Aamiin.. aamiin yaa rabbal alamiin."

Silakan bagikan atau share status ini... 

Terima kasih

Keangkuhan Penguasa Israel, Pemimpin Sang Zionis


Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan, dengan ANGKUH :


"Tidak akan ada satu kekuatan dunia manapun yang akan mampu menghentikan Israel melakukan serangan ke Jalur Gaza dan Palestina...!"


Dari pernyataan Netanyahu itu, betul betul pernyataan seorang Yahudi (bani Israil) yang takabur...


Memang, Sampail Kiamat pun Yahudi (Israel} takkan berhenti untuk menyerang Islam (apalagi Palestina).
Tujuan Israel, jelas adalah ingin menguasai seluruh wilayah Palestina. Karena dalam Undang -undang Dasar Israel, tidak menyebut batas wilayah Israel. Bahkan, wilayahnya pun sampai ke wilayah Basrah (Irak), Termasuk Yordania, Syria (Diungkapkan oleh Pengamat Militer, Salim Said, tvOne, 12 Juli 2014).

Tetapi mreka (Yahudi) itu lupa, ada kekuatan Allah Swt yang akan menghancurkan mereka suatu saat...

Apa yang terjadi di Gaza, dan pernyataan Netanyahu, sebetulnya sama dengan apa yg tertera dalam Al Qur'an....

Surah Al Baqarah : Ayat 120 
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120) 

Surah Al Ma’idah : Ayat 62 
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. 5:62) 

Surah Al A’raaf : Ayat 167 
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 7:167) 

Surah Al Maa’idah : Ayat 64
Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (QS. 5:64) 

Surah Ali ‘Imraan : Ayat 183
(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api”. Katakanlah: “Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (QS. 3:183)

Surah Al Maa’idah : Ayat 41
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:”Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah] perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah”. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

Surah An Nisaa’ : Ayat 160 
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (QS. 4:160) 

Surah An Nisaa’ : Ayat 46 

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. 4:46) 

Nauzubillah minzaliq..

Semoga bermanfaat!

Dan Silakan share atau bagikan status ini.

Jumat, 18 Juli 2014

Otak Jerman



    Akhirnya, Jerman berhasil menguburkan impian Argentina guna meraih Juara Dunia 2014. Ini adalah juara dunia yg ke 4 kalinya buat Jerman. Don't Cry for Me Argentina, judul sebuah lagu lawas....

Tetapi sesungguhnya, Jerman tidak saja kampiun Piala Dunia, Jerman juga kiblatnya sepakbola modern saat ini..... 
     Ada alat canggih utk Latihan produk Jerman yg dipakai, cocok utk latihan fisik pemain sepakbola sejak 3 tahun terakhir...
     Jerman acap tempat penyelenggaran kursus kepelatihan bagi pelatih sepakbola dunia..termasuk Indonesia..Nil Maizar, mantan pelatih Timnas (jg mantan pelatih Semen Padang FC), serta Indra Sjafri (Pelatih Timnas U 19 ) juga pernah mengecap pendidikan kepelatihan di Jerman...
    Sejatinya, utk PSSI, berpikirlah utk bekerja sama dg Induk sepakbola Jerman (bukan dg Uruguay dg SAD seperti selama ini) dlm rangka mndidik anak anak remaja Indonesia utk sepakbola berkualitas dan berjenjang..

  
Jawara Sepakbola dan Otak



.    Jermane bukan saja, jawara dlm sepakbola....tetapi dalam segi Otak. Arya adalah suku asli bangsa Jerman..yg dikenal memiliki otak cerdas. Pesaing bangsa Arya hanyalah Yahudi. Sehingga betapa salah satu penguasa Jerman masa lampau yg otoriter Adolf Hitler (NAZI) membunuh seluruh orang -orang Yahudi... (Hitler membiarkan 1 org Yahudi hidup waktu itu)...
    Dalam perang, Perang Dunia I Jerman adalah yg pemenang..Tetapi pd Perang Dunia ke 2... Jerman takluk pd Amerika akhirnya masuk dlm NATO..
Maka itu, Jerman pernah tidak mengakui Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi Internasional....dan hanya menganggap, bahasa Jerman lah yg patut menjadi bahasa Internasional....

Dalam dunia pendidikan, 
    Jerman gudangnya ilmu pengetahuan teknologi....dan yg menarik, justru biaya pendidikan perguruan tinggi di Jerman hampir setara dg biaya pendidikan perguruan tinggi di Indonesia....
Banyak, orang orangtua di Indonesia dalam menyekolahkan putra putrinya justru sebagian besar di Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan di Inggris ( dg biaya yg relatif lebih mahal (dan gengsi).. Dan sedikitnya ada juga yg berkuliah di Mesir dan Jepang....
    Namun hanya sebagian kecil saja, yg mengetahui tentang informasi ini dan mengirimkan putra putrinya berkuliah di Jerman....Mantan Presiden RI ke 3, BJ Habibie adalah salah satu dari sedikit org Indonesia lulusan Jerman (yg kini ilmunya masih terpakai di Perguruan Tinggi di Jerman).. Dan ternyata, tak sedikit lulusan Jerman asal Indonesia yg betah bekerja di Jerman ketimbang balik ke Indonesia... 
  Seperti di Amerika, di Jerman pun banyak perusahaan peusahaan di sana yg memberikan kesempatan kerja part time khusus utk mahasiswa dg gaji perjam yg cukup besar....

Jerman memang Jerman..
Oleh karena itu, maka wajar orang tua kita pernah jika memuji kecerdasan /kepintaran seseorang, menyebutnya dg : "OTAK JERMAN"...

Semoga tulisan sederhana ini berfaedah..dan silakan dishare..

Udha Hendra
Padang, 14 Juli 2014/17 Ramadhan 1435 H