Sabtu, 19 Juli 2014

Membangun Mental Siap Kalah

Oleh Prayudhi Azwar

Juara atau Pemimpin Sejati tidak hanya dinilai dari kerendahan hati saat raih menang. Juara atau kepemimpinan sejati lebih diukur dari kesiapan mental dan kebesaran jiwa saat kalah. Itulah sikap yang kita tuntut pada calon pemimpin bangsa ini. Itu juga sikap yang harus kita pelajari, teladani.

Di alam bawah sadar, perlu kita tanamkan: pilpres ini bukan perang. Kita bersaudara, tidak ada permusuhan diantara kita. Ini hanya latih tanding (sparing partner), untuk mendapatkan pemimpin yang membawa kita memenangi pertarungan bangsa Indonesia yang sebenarnya. Pertarungan mengatasi masalah domestik kita yang membelit. Pertarungan menjawab tantangan mengangkat peradaban luhur bangsa ini.

Karena itu, baca slogan yang telah sempat hipnotis ini:
"Kami pasti menang, kecuali dicurangi"
“Kalau KPU jujur, kami pasti menang”.
“Jika berbeda dengan QC atau RC versi hitung kami, maka KPU pasti salah”.
“Menang atau lawan”, Menang atau rusuh”.
Sekarang, hapus tanpa bekas dari memori kita.

Lalu, dengan niat baik, kita renungi slogan baru ini, tanamkan di hati dan simpan di alam bawah sadar kita:
“Tidak ada yang sah secara hukum, selain hitungan resmi KPU”.
“KPU lembaga negara yang kita hormati dan percayai".
"KPU jujur, transparan menyajikan data, terawasi secara ketat oleh Panwaslu dan seluruh peserta pemilu”.
“Perbedaan pendapat selesai dengan damai lewat MK".
"Pemilu tak boleh buat setetespun darah anak banga tertumpah”.
“Kita siap menang tanpa jumawa. Kita siap kalah dengan besar jiwa.
“Siapapun yang menang adalah pemimpin kita. Kita dukung dan kritik membangun”

Mari setiap kita berjuang menurunkan tensi, mendinginkan suasana. Memastikan kecemasan huru-hara setelah 22 Juli 2014 tidak pernah terjadi. Mari kita buat polisi yg siap tembak di tempat dan TNI yg telah siaga 1, hanya salah menduga, karena masyarakat sipil Republik ini cinta damai dan sangat beradab.

Prayudhi Azwar
Perth, 17 Juli 2014

Tidak ada komentar: