Sabtu, 19 Juli 2014

Filosofi Piala Dunia dan Pilpres


Filosofi Piala Dunia dan Pilpres




Hari ini, The Dream Team Brasil, Tim Samba, tuan rumah, dipermalukan oleh Tim Panser Jerman, 1-7, di babak semifinal Piala Dunia 2014.
Banyak yang tidak menyangka, tim sekelas Brasil --yang meraih lima kali juara dunia-- itu justru kalah dengan angka yg sungguh telak dan pd saat semifinal (4 besar terbaik) pula.
Tak sedikit yg meneteskan air matanya tatkala menyaksikan gol demi gol yg bersarang ke jala gawang yg dijaga Julio Caesar, kiper Brasil.
Tetapi itulah sepakbola. Sepakbola tidak cukup dengan hitungan matematika. Dan sepakbola bukanlah sekadar tulisan di kertas dengan setumpuk jejalan strategi pola permainan. 
Yg menentukan dalam sepakbola justru adalah di lapangan pertandingan. 

Namun, ada hal menarik yg patut kita cermati bersama-sama seusai menyaksikan pertandingan Brasil vs Jerman itu.
Bahwa, betapa penonton tuan rumah, para pemain, para official tim Brasil pasrah, menerima kekalahan dengan ikhlas, walau ada yg tertunduk lesu. Mereka mengakui kekalahan, dan kehebatan Jerman. 
Betapa indah, penuh haru jauh dari rasa amarah, murka --apalagi anarkis--- dari para pendukung Brasil ketika pertandingan telah berakhir. 
Pemain andalan Brasil, Neymar --yg menderita cidera karena patah tulang pinggang saat bermain dengan Kolombia di babak perempat final, sehingga pemain Barcelona ini tdk bsa tampil bertanding lawan Jerman--- tertatih-tatih dengan tongkatnya menjambangi rekan-rekannya, turut menghibur seusai pertandingan. 
Sebuah adegan yg patut ditiru oleh bangsa ini, sejatinya, bukan saja dalam dunia sepakbola yg telah menjunjung tinggi sportivitas dg jargon fair play, seperti yg diatur oleh induk sepakbola dunia, FIFA, tetapi juga dalam segala sektor kehidupan bernegara (baca: dunia politik).

Seyogyanyalah bersamaan dengan pesta pemilihan presiden (pilpres) hari ini, 9 Juli 2014, kita meneladani filosofis sepakbola tersebut. Yaitu, menerima kekalahan dengan ikhlas, legowo dan sportif, tanpa perbuatan anarkis. Terimalah dengan "dewasa". Ambil hikmah dan pelajaran dari kekalahan. Mungkin ada rahasia Allah Swt di balik ini dan jadikanlah ini guru terbaik. Sebaliknya, bagi pemenang, jadikan ini cobaan, utk menatap masa depan bangsa. Mengabdi pada rakyat. Jadi pelayan rakyat. Mempertahankn NKRI dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Penuhi segala janji janji sebagaimana visi dan misi.

Jadikan Pilpres 2014 ini sebagai contoh bagi negara negara lain. Perlihatkan kepada dunia, bahwa negara Indonesia adalah negara Demokrasi terbesar ke 3 di Dunia setelah India dan Amerika Serikat. Maka hindarkan benturan fisik dan perbuatan onar atau anarkis. 

Padang, 9 Juli 2014/ 12 Ramadhan 1435 H

Tidak ada komentar: