Oleh Prayudhi Azwar
Skenario klaim sepihak dan tuduhan KPU curang yang terus
dipropagandakan pada pemilu kali ini sudah keterlaluan. Sudah sampai
taraf MEMBAHAYAKAN keutuhan negara yang kita cintai.
Padahal
sudah jelas TIDAK ADA landasan hukum yang sah selain REAL COUNT KPU
sebagai dasar penetapan pemenang Pilpres. Adapun perbedaan
dapat dituntaskan di MK. Landasan hukum ini sudah disepakati semua
parpol (termasuk PDIP, Gerindra, dll) sebagai aturan main yang sah dan
ditetapkan sebelum pemilu dimulai.
KPU tahun ini juga sudah
bertindak LUAR BIASA TRANSPARAN. Membuka akses data hingga form C1.
Meminta kedua kubu memantau dari awal hingga akhir. Jika propaganda
kemenangan BUKAN berdasarkan real count yang diumumkan KPU sendiri masih
diteruskan. Jika klaim kemenangan sepihak ini terus dipaksakan untuk
menggiring opini dan menekan KPU. Maka artinya para pelaku dipastikan
adalah orang-orang yang punya NIAT JAHAT terhadap NKRI.
Itu
artinya PEMIMPIN, POLITISI, MEDIA, LEMBAGA SURVEI, INTELEKTUAL, PELAKU
atau INDIVIDU tersebut memang menginginkan Indonesia rusuh, pecah dan
berdarah-darah. Dilanda konflik panjang, persis seperti yang terjadi di
UKRAINA sejak tahun 2004, yang terus belangsung lebih dari 10 tahun
hingga saat ini. Tidak peduli rakyat Indonesia akan sengsara. Tak
peduli keutuhan negara akan terkoyak, asal kekuasan dalam genggaman.
Tidak ada jalan lain selain semua kita MENAHAN DIRI dan MENEGUHKAN KEPERCAYAAN kita kepada lembaga negara yang sah: KPU.
Menunggu dengan sabar real count diumumkan OLEH KPU sendiri.
(Bukan oleh hitungan sendiri, lembaga survei, pengamat atau siapapun).
Para PEMIMPIN BERKEWAJIBAN menanamkan mental SIAP MENANG – SIAP KALAH terhadap semua konstituennya.
Bila pemimpin enggan melakukan ini, berarti dia BUKAN pemimpin kita.
BUKAN pemimpin yang tulus mencintai Indonesia. Berarti dia hanyalah
pemimpin NARSIS, yang HAUS kekuasaan, mengalahkan cintanya kepada ibu
pertiwi. Pemimpin/politisi ini TIDAK PATUT DITELADANI dan DIIKUTI.
Kita, simpatisan kedua calon presiden, masing-masing berkewajiban
MENGINGATKAN semua pemimpin agar benar-benar bersikap NEGARAWAN.
Itu bila kita menolak mengikuti provokasi media, lembaga survey, dan politisi yang menyimpan agenda jahat terhadap negeri ini.
Itu bila kita menolak hasutan menjadi pengkhianat-pengkhianat bangsa ini.
Itu bila kita PEDULI dan IKHLAS kepada negara ini.
Itu bila kita SAYANG sama generasi penerus, anak cucu kita.
Maka pikirkan sungguh-sungguh dimana kita mestinya berdiri? Siapa yang
kita BELA? Keutuhan NKRI atau NAFSU berkuasa segelintir elit di negeri
ini?
Prayudhi Azwar
16 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar