Sabtu, 19 Juli 2014

Skenario Klaim Menang Sepihak & Tuduhan KPU Curang Sudah Sangat Membahayakan Negara

Oleh Prayudhi Azwar

Skenario klaim sepihak dan tuduhan KPU curang yang terus dipropagandakan pada pemilu kali ini sudah keterlaluan. Sudah sampai taraf MEMBAHAYAKAN keutuhan negara yang kita cintai.

Padahal sudah jelas TIDAK ADA landasan hukum yang sah selain REAL COUNT KPU sebagai dasar penetapan pemenang Pilpres. Adapun perbedaan dapat dituntaskan di MK. Landasan hukum ini sudah disepakati semua parpol (termasuk PDIP, Gerindra, dll) sebagai aturan main yang sah dan ditetapkan sebelum pemilu dimulai.

KPU tahun ini juga sudah bertindak LUAR BIASA TRANSPARAN. Membuka akses data hingga form C1. Meminta kedua kubu memantau dari awal hingga akhir. Jika propaganda kemenangan BUKAN berdasarkan real count yang diumumkan KPU sendiri masih diteruskan. Jika klaim kemenangan sepihak ini terus dipaksakan untuk menggiring opini dan menekan KPU. Maka artinya para pelaku dipastikan adalah orang-orang yang punya NIAT JAHAT terhadap NKRI.

Itu artinya PEMIMPIN, POLITISI, MEDIA, LEMBAGA SURVEI, INTELEKTUAL, PELAKU atau INDIVIDU tersebut memang menginginkan Indonesia rusuh, pecah dan berdarah-darah. Dilanda konflik panjang, persis seperti yang terjadi di UKRAINA sejak tahun 2004, yang terus belangsung lebih dari 10 tahun hingga saat ini. Tidak peduli rakyat Indonesia akan sengsara. Tak peduli keutuhan negara akan terkoyak, asal kekuasan dalam genggaman.

Tidak ada jalan lain selain semua kita MENAHAN DIRI dan MENEGUHKAN KEPERCAYAAN kita kepada lembaga negara yang sah: KPU.
Menunggu dengan sabar real count diumumkan OLEH KPU sendiri.
(Bukan oleh hitungan sendiri, lembaga survei, pengamat atau siapapun).

Para PEMIMPIN BERKEWAJIBAN menanamkan mental SIAP MENANG – SIAP KALAH terhadap semua konstituennya.
Bila pemimpin enggan melakukan ini, berarti dia BUKAN pemimpin kita. BUKAN pemimpin yang tulus mencintai Indonesia. Berarti dia hanyalah pemimpin NARSIS, yang HAUS kekuasaan, mengalahkan cintanya kepada ibu pertiwi. Pemimpin/politisi ini TIDAK PATUT DITELADANI dan DIIKUTI.

Kita, simpatisan kedua calon presiden, masing-masing berkewajiban MENGINGATKAN semua pemimpin agar benar-benar bersikap NEGARAWAN.
Itu bila kita menolak mengikuti provokasi media, lembaga survey, dan politisi yang menyimpan agenda jahat terhadap negeri ini.
Itu bila kita menolak hasutan menjadi pengkhianat-pengkhianat bangsa ini.
Itu bila kita PEDULI dan IKHLAS kepada negara ini.
Itu bila kita SAYANG sama generasi penerus, anak cucu kita.

Maka pikirkan sungguh-sungguh dimana kita mestinya berdiri? Siapa yang kita BELA? Keutuhan NKRI atau NAFSU berkuasa segelintir elit di negeri ini?

Prayudhi Azwar
16 Juli 2014

Tidak ada komentar: