Jumat, 21 Maret 2014

Magis Dahsyat Pada Pribadi Para Penulis

Sahabatku Tercinta,
Seorang penulis --baik Cerpenis, Penyair, Kolumnis, Esais, Penulis Opini/Artikel, Jurnalis serta Penulis Berita Lepas-- sejatinya memiliki kemampuan yg tak dimiliki oleh penulis Diari  --atau sekarang, tak sedikit lahir penulis-penulis sosial media ( penulis dadakan di facebook, twitter, dll)-- yg tiba tiba menjadi populer.
Di jiwa penulis-penulis itu (yaitu  karya karya tulisan mereka menghiasi surat2 kabar atau media massa), ada "daya magis" yg tak jarang lahir lantaran perjuangan  dg "tingkat kesulitan" yg sungguh superlatif.
Bayangkan, saat itu mereka hanya dengan mesin tik --bunyinya relatif memekakkan kuping siapapun yg mendengarnya--bisa melahirkan karya-karya besar (termasuk saya sendiri di 1992-2002,pen).
Terkadang, yg menarik, bunyi ketukan mesin tik --kala itu-- justru tidak menafikan "kekuatan inspirasi" yg mahadahsyat. Semangat tiada lelah, membuat diri semakin mendapat peluang memperoleh tulisan-tulisan baru yg lebih menarik dan memikat.
Kebanggaan seorang penulis, adalah jika tulisan mereka dimuat dan dibaca oleh siapapun, dan mereka (si pembaca) mendapat banyak manfaat. Honor tulisan terkadang acap diabaikan penulis --bahkan sering dinomorduakan-- ketimbang "manfaat tulisan bagi orang banyak" ( dalam hal ini para pembaca).
Ketika era komputerisasi mulai merambah teknologi, 2000-an yg seterusnya ditandai"kehadiran laptop" serta hadirnya internet (bahkan kini pun ditambah kecanggihan jenis tablet/ipad), peluang untuk menulis praktis tak lagi milik "para penulis". Tetapi kini, siapa saja memiliki kans untuk mengasah diri jadi neo penulis. Media massa --termasuk media online-- pun di kekinian --seakan tak mau ketinggalan-- memberi kesempatan kepada para penulis untuk boleh mengirim tulisan via e-mail (mengirim dalam bentuk soft copy,pen).
Ditambah, kemunculan dunia facebook (2007 an di Indonesia) serta mesin pencari (google, yahoo,dll), memperkuat "kemudahan" dalam melahirkan karya serta mengirim bakat bakat terpendam yg selama ini (dituangkan dlm buku diary atau agenda).
 Jujur saja, saya sebagai penulis yg besar di zaman mesin tik, ingin bangkit kembali mengulang dan/atau mendulang masa emas menjadi penulis. Setidaknya, sekadar membuktikan bahwa sejatinya menulis tak mengenal dan pensiun. Meski telah mempensiunkan diri secara sukarela, sesungguhnya saya masih menulis dalam wadah yang berbeda.
Saya akui, dunia facebook, membuat gairah menulis itu kembali membuncah walau tak sedahsyat dulu.
Demikianlah.
Salam.

Tidak ada komentar: