Senin, 24 Maret 2014

Pesta Demokrasi


Ada cara atau trik supaya tidak golput, rakyat pemilih saat Pemilu Legislatif 9 April nanti disuguhi makanan yg enak2 di TPS..
Anggaran makan-makan ini harus masuk dlm anggaran negara pd KPU...
Dan batas Nyoblos ditambah..sampai jam 15.00 WIB..
(Jangan cuma sampai jam 13.00...??? Wajar Golput.. Tak sedikit yg ada sempat milihnya baru  jam 15. Gimana?)
Meskipun hal ini belum mampu menimimalisir tingkat golput, namun setidaknya, ada upaya.
"Katanya Pesta Demokrasi? Hayooo.....!"...

Minggu, 23 Maret 2014

Mengusung Tower Keikhlasan

   Tower adalah kunci bagi alat telekomunikasi. Karena towerlah, seseorang bisa berbicara dalam jarak yg tak kenal batas waktu dan wilayah menjelang tahun 2000 an di Indonesia.
   Dulu, ketika PT Telkom menjadi penguasa tunggal alat komunikasi dua arah tanpa batas waktu dan tempa di negeri ini, bahwa betapa seseorang mengusung "keikhlasan". Ikhlas ke warung telekomunikasi ( wartel)  terdekat demi menghubungi teman, sahabat, sanak saudara (jika di rumah tidak ada telepon).
   Masa masa emas wartel di antara 1990-2000, di mana bertumbuhsuburnya bisnis wartel dari pelbagai tipe.
    Semenjak lahirnya PT Telkomsel, salah satu provider swasta bersama sama PT Satelindo (kini PT Indosat, Tbk), yg lalu diikuti PT Excelcomindo Pratama, menjadikan, PT Telkom mendapat saingan baru. Sejak itu bisnis wartel perlahan lahan tumbang. 2000an adalah masa masa kerja keras bagi provider swasta tersebut.
Kini, bahkan menjamur pelbagai provider baru antara lain, Esia, 3, dll.
  Dari paparan di atas, jelas bahwa sesungguhnya "tower keikhlasan"  provider provider baru itu berbuah manis.
Meskipun terjadi perang harga, namun paling tidak peminat dan pengguna provider ini pun kian meningkat tajam dari waktu ke waktu.
    Sejatinya, tak hanya tower provider telekomunikasi saja. Lebih dari itu, sebetulnya dalam pelbagai kehidupan, keikhlasan itu adlah kunci kemenangan  siapapun. Ikhlas itu berat tapi indah.
Demikianlah.

Sabtu, 22 Maret 2014

Monyet Bali pun Bisa Selfie

http://kaskushootthreads.blogspot.com/2014/03/semuanya-gara-gara-selfie.html?m=1SELFIE alias mendokumentasikan diri sendiri bukanlah monopoli manusia saja. Sebab, monyet pun punya ‘minat’ berselfie.

Nah, rekaman video di kamera milik turis Brazil yang berkunjung ke Bali ini adalah buktinya. Ceritanya dimulai ketika Ailton Schoemberger, wisatawan dari Curitiba, Brazil dibuat repot ketika berkunjung ke pura di Uluwatu, Bali. Sebab, kamera GoPro video miliknya dibawa kabur si monyet.


Monyet nakal itu menyambar kamera yang diletakkan di bebatuan untuk mendokumentasikan Ailton memberi makan kawanan kera di pura yang kesohor karena keindahannya itu. Si monyet pun kabur ke hutan di sekitar pura sembari menenteng kamera.


Ternyata saat kabur dengan kamera yang masih dalam posisi 'on' itu, si monyet mengarahkan lensa ke wajah dan tubuhnya selama beberapa detik. Sementara Ailton kelabakan karena tak mau kehilangan kamera.


Hingga akhirnya si monyet bersedia meninggalkan kamera milik Ailton setelah dibujuk oleh petugas pura dengan buah. Sementara Ailton pulang ke negerinya dengan oleh-oleh monyet berselfie.


Ternyata, selfie ala monyet Bali itu kini mendunia. Sebab, hasil bidikannya kemudian dimuat dilaman harian Guardian di Inggris. 

Jumat, 21 Maret 2014

Magis Dahsyat Pada Pribadi Para Penulis

Sahabatku Tercinta,
Seorang penulis --baik Cerpenis, Penyair, Kolumnis, Esais, Penulis Opini/Artikel, Jurnalis serta Penulis Berita Lepas-- sejatinya memiliki kemampuan yg tak dimiliki oleh penulis Diari  --atau sekarang, tak sedikit lahir penulis-penulis sosial media ( penulis dadakan di facebook, twitter, dll)-- yg tiba tiba menjadi populer.
Di jiwa penulis-penulis itu (yaitu  karya karya tulisan mereka menghiasi surat2 kabar atau media massa), ada "daya magis" yg tak jarang lahir lantaran perjuangan  dg "tingkat kesulitan" yg sungguh superlatif.
Bayangkan, saat itu mereka hanya dengan mesin tik --bunyinya relatif memekakkan kuping siapapun yg mendengarnya--bisa melahirkan karya-karya besar (termasuk saya sendiri di 1992-2002,pen).
Terkadang, yg menarik, bunyi ketukan mesin tik --kala itu-- justru tidak menafikan "kekuatan inspirasi" yg mahadahsyat. Semangat tiada lelah, membuat diri semakin mendapat peluang memperoleh tulisan-tulisan baru yg lebih menarik dan memikat.
Kebanggaan seorang penulis, adalah jika tulisan mereka dimuat dan dibaca oleh siapapun, dan mereka (si pembaca) mendapat banyak manfaat. Honor tulisan terkadang acap diabaikan penulis --bahkan sering dinomorduakan-- ketimbang "manfaat tulisan bagi orang banyak" ( dalam hal ini para pembaca).
Ketika era komputerisasi mulai merambah teknologi, 2000-an yg seterusnya ditandai"kehadiran laptop" serta hadirnya internet (bahkan kini pun ditambah kecanggihan jenis tablet/ipad), peluang untuk menulis praktis tak lagi milik "para penulis". Tetapi kini, siapa saja memiliki kans untuk mengasah diri jadi neo penulis. Media massa --termasuk media online-- pun di kekinian --seakan tak mau ketinggalan-- memberi kesempatan kepada para penulis untuk boleh mengirim tulisan via e-mail (mengirim dalam bentuk soft copy,pen).
Ditambah, kemunculan dunia facebook (2007 an di Indonesia) serta mesin pencari (google, yahoo,dll), memperkuat "kemudahan" dalam melahirkan karya serta mengirim bakat bakat terpendam yg selama ini (dituangkan dlm buku diary atau agenda).
 Jujur saja, saya sebagai penulis yg besar di zaman mesin tik, ingin bangkit kembali mengulang dan/atau mendulang masa emas menjadi penulis. Setidaknya, sekadar membuktikan bahwa sejatinya menulis tak mengenal dan pensiun. Meski telah mempensiunkan diri secara sukarela, sesungguhnya saya masih menulis dalam wadah yang berbeda.
Saya akui, dunia facebook, membuat gairah menulis itu kembali membuncah walau tak sedahsyat dulu.
Demikianlah.
Salam.

Rabu, 19 Maret 2014

Halusinasi Waktu

Ketika usia mulai berkurang --saat asa masih bersisa-- maka  semoga masih menyimpan kans untuk menuju Ketaqwaan pada Allah Swt -- dan tentunya tiada lelah mengingatNya dan bermunajat pada Sang Khaliq-- meskipun tidak semudah membalik kertas.
Sejatinya, kita semua, selalu diberikan kesempatan untuk memperbaiki tanpa menafikan nasihat-nasihat kebaikan, dari sesiapapun, dari latarbelakang manapun.
Semoga kita senantiasa mendapat keridhoan dari Allah Swt,  aamiin, aamiin YRA

Selasa, 18 Maret 2014

P U I S I

Biarkan Pergi
-- ode buat kabut asap
Puisi : Udho Hendra

dan ia mulai meletih, demi mengucapkan salam hendak pamit ; pergi 

menyusuri geram yang buram
pada maskermasker lusuh
"kau kenapa buru-buru?"

buntalan keringatnya menuai amis yang ditinggal saja pada kursi beralaskan jerami, meski kerontang tubuhnya kikir akan body lotion
saban malam nan penat
sekadar mengolesi lirihan dan rintihan
pengap dan risau
: "mengapa kau pergi?"

dan tatkala hujan mulai membentakbentaknya, sekelebat
ia menghilang
tiada berucap apapun
selain membuyarkan asa
: "biarkan ia pergi, jikalau ia hanya mengusung luka!"

padang, 17.03.2014