HINGAR BINGAR Piala Dunia Brasil 2014 --yg berlangsung saat ini--
menuai rasa jealous buat kita. Sudah sekian penyelenggaraan Piala Dunia,
begitu superlatifnya kita mengagungkan negara negara peserta (yg lolos
kualifikasi ) yg rutin jd langganan Piala Dunia (setiap 4 tahun sekali).
Sebut saja, tuan rumah Brasil (juara dunia 5 kali), Jerman, Italia,
Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol dll. Khusus, Italia, Inggris, Spanyol
telah terlebih dahulu "pulang" oleh karena gagal di penyisihan grup.
Meskipun Belanda dan Prancis pernah tak lolos babak pra kualifikasi,
namun setidaknya, keikutsertaan ke 2 negara ini acap membahayakan lawan
lawannya di Piala Dunia. Hanya Belanda, yg belum merasakan nikmat meraih
juara Piala Dunia, dan yg paling tinggi di tahun 1978, saat dikalahkan
Argentina (masa Mario Kempes dari Argentina) di Final, serta 4 tahun
lalu, Piala Dunia 2010 di Afsel, Belanda dikalahkan oleh Spanyol.
Mengenalkan Negara ke Seluruh Dunia
Sesungguhnya, sebagai olahraga paling bergengsi, sepakbola adalah
salah satu cara utk mengenalkn negara peserta Piala Dunia ke seluruh
masyarakat dunia. Lewat sepakbola, banyak manfaat sebetulnya, bukan
sekadar memperkenalkan negara yg brsangkutan, tetapi lebih dari itu,
mempersatukan negara negara dunia. Sepakbola, ternyata mampu menuai
kebanggaan yg massif. Tidak ada perseteruan yg superlatif seperti yg
acap terjadi di Indonesia (baca: suporter /pendukung klub2 sepakbola
).Para pendukung sangat menikmati pertandinganb demi pertandingan, dan
tidak terganggu akan kekalahan kesebelasan negaranya. Mereka murni
menikmati, dan seakan menjunjung eforia yg santun, sebaliknya anti
kerusuhan.
Apa yg menjadi rahasia ini? Jawaban pertanyaan ini --jika boleh-- antara lain, keikhlasan, sportif (baca: fair play),
menghormati sesama negara (lewat wakilnya dari para pemain). Mereka
seakan siap kalah dan menang. Inti dari itu, adalah kedewasaan para
pendukung masing masing. Apakah mereka (para pendukung) itu
fanatik?Tentu. Mereka tentu fanatik, krn mereka tetap membawa bagian
dari simbol simbol negara mereka ke ajang empat tahunan ini. Sangat
sensitif sebetulnya. Jika bicara fanatik, maka hal ini takkan luput dari
rasa kesensitifan itu sendiri. Artinya, "rasa sensitif" sangat dekat
dgn emosi serta gampang tersinggung. Namun, mereka sangt menjaga ini.
Bila dibandingkan dgn di Indonesia, hal ini memang masih sulit
diimplementasikan. Kita butuh pendewasaan yg gigih dari induk sepakbola
kita (baca: PSSI).Kita berharap pengelola atau pejabat PSSI akan terus
berpadu,dan jangan lagi seperti yg lalu lalu.Mari bersatu, utk Indonesia
menuju Piala Dunia. Sebuah impian atau pe er bangsa yg belum jua
tercapai hingga saat ini.
Harapan pada Timnas U 19
Kehadiran Timnas U 19 sejak tahun lalu lewat pelatih asal Sumatera
Barat, Indra Sjafri, bnyak rakyat Indonesia berharap. Tim ini ---yg
sempat mencengangkan dan membikin mata Bangsa Indonesia terbelalak,
dengan menjuarai Piala AFF Cup U 19-- yg akhirnya meloloskannya
(tepatnya akhir tahun ini sekitar Oktober), siap siap mempertaruhkan
nama baik bangsa di Kejuaraan U 19 di tingkat Asia. Jika Indonesia lewat
remaja 19 an ini mampu masuk semifinal (4 besar), maka kita akan berhak
ikut Piala Dunia U 20.
Ambisi Indra Sjafri adalah juga
impian kita. Bahwa sekarang lah kesempatan itu ada. Jika mereka mampu
kelak menggapai impian bangsa ini maka satu yg harus kita inginkan buat
mereka. Yakni, pertahankan pemain pemain dalam Timnas U 19 itu. Kelak,
satukan mereka di Timnas U 21 di saat sdh berusia 21, dan seterusnya
nanti di U 23 dan hingga mereka di Timnas Senior. Jangan pecah belah
mereka. Jangan pernah masuk klub Liga ISL. Jika perlu, mereka itu
disatukan lewat klub dengan nama Indonesia U21 atau Indonesia U 23 atau
Garuda Muda 21, (sesuaikan dg usia mereka nantinya). Ikutkan mereka di
Kompetisi Liga di Indonesia misalnya.. ISL.. atau namanyq kelak, seperti
yg terjadi Di Malaysia (Timnas U 19 nya ikut di Liga Malaysia).Jangan
sampai masuk ke klub klub lain. Krn jika para pemain ini dipecah ke klub
klub berbeda, maka besar kemungkinan mereka terkontaminasi hingar
bingar dan eforia klub.
Yg paling ditakutkan di klub klub (
seperti saat ini ) adalah antara lain, dengan alasan klasik, yakni
mereka terlalu cepat berumah tangga. Rata rata pemain bola saat ini,
adalah di usia 21 telah banyak yg berkeluarga. Salah satu dalihnya,
juga karena materi uang ( kontrak pemain bsa mencapai ratusan juta
pertahun blm termasuk gaji perbulan), sehingga memotivasi para pemain
sepakbola utk berkeluarga lebih muda, dari usia rata-rata.
Bahkan, tak sedikit manajemen klub membiarkan para pemainnya keluar
malam, ke diskotek, ke klub klub malam, dll, misalnya, saat longgar
waktu atau saat jadwal latihan sedang lowong.
Dari
paparan di atas, semoga Timnas U 19 khususnya dan Indonesia umumnya,
kelak mampu mewujudkan impian bangsa ini di kancah Piala Dunia
hendaknya.Jika perlu, para pemain ini menandatangani surat pernyataan,
kesediaan utk tidak menikah hingga usia. .. Xx tahun.
Wallahu 'alam bissawab.
*) Udha Hendra, pengamat sepakbola dunia, penggemar Semen Padang FC sejak 1980 hingga kini. Sekarang Notaris dan P.P.A.T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar