Senin, 30 Juni 2014

SEPAKBOLA, KAPANKAH INDONESIA LOLOS PIALA DUNIA?

 HINGAR BINGAR Piala Dunia Brasil 2014 --yg berlangsung saat ini-- menuai rasa jealous buat kita. Sudah sekian penyelenggaraan Piala Dunia, begitu superlatifnya kita mengagungkan negara negara peserta (yg lolos kualifikasi ) yg rutin jd langganan Piala Dunia (setiap 4 tahun sekali). Sebut saja, tuan rumah Brasil (juara dunia 5 kali), Jerman, Italia, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol dll. Khusus, Italia, Inggris, Spanyol telah terlebih dahulu "pulang" oleh karena gagal di penyisihan grup.
    Meskipun Belanda dan Prancis pernah tak lolos babak pra kualifikasi, namun setidaknya, keikutsertaan ke 2 negara ini acap membahayakan lawan lawannya di Piala Dunia. Hanya Belanda, yg belum merasakan nikmat meraih juara Piala Dunia, dan yg paling tinggi di tahun 1978, saat dikalahkan Argentina (masa Mario Kempes dari Argentina) di Final, serta 4 tahun lalu, Piala Dunia 2010 di Afsel, Belanda dikalahkan oleh Spanyol.

Mengenalkan Negara ke Seluruh Dunia

    Sesungguhnya, sebagai olahraga paling bergengsi, sepakbola adalah salah satu cara utk mengenalkn negara peserta Piala Dunia ke seluruh masyarakat dunia. Lewat sepakbola, banyak manfaat sebetulnya, bukan sekadar memperkenalkan negara yg brsangkutan, tetapi lebih dari itu, mempersatukan negara negara dunia. Sepakbola, ternyata mampu menuai kebanggaan yg massif. Tidak ada perseteruan yg superlatif seperti yg acap terjadi di Indonesia (baca: suporter /pendukung klub2 sepakbola ).Para pendukung sangat menikmati pertandinganb demi pertandingan, dan tidak terganggu akan kekalahan kesebelasan negaranya. Mereka murni menikmati, dan seakan menjunjung eforia yg santun, sebaliknya anti kerusuhan.
     Apa yg menjadi rahasia ini? Jawaban pertanyaan ini --jika boleh-- antara lain, keikhlasan, sportif (baca: fair play), menghormati sesama negara (lewat wakilnya dari para pemain). Mereka seakan siap kalah dan menang. Inti dari itu, adalah kedewasaan para pendukung masing masing. Apakah mereka (para pendukung) itu fanatik?Tentu. Mereka tentu fanatik, krn mereka tetap membawa bagian dari simbol simbol negara mereka ke ajang empat tahunan ini. Sangat sensitif sebetulnya. Jika bicara fanatik, maka hal ini takkan luput dari rasa kesensitifan itu sendiri. Artinya, "rasa sensitif" sangat dekat dgn emosi serta gampang tersinggung. Namun, mereka sangt menjaga ini.
     Bila dibandingkan dgn di Indonesia, hal ini memang masih sulit diimplementasikan. Kita butuh pendewasaan yg gigih dari induk sepakbola kita (baca: PSSI).Kita berharap pengelola atau pejabat PSSI akan terus berpadu,dan jangan lagi seperti yg lalu lalu.Mari bersatu, utk Indonesia menuju Piala Dunia. Sebuah impian atau pe er bangsa yg belum jua tercapai hingga saat ini.

Harapan pada Timnas U 19

      Kehadiran Timnas U 19 sejak tahun lalu lewat pelatih asal Sumatera Barat, Indra Sjafri, bnyak rakyat Indonesia berharap. Tim ini ---yg sempat mencengangkan dan membikin mata Bangsa Indonesia terbelalak,  dengan menjuarai Piala AFF Cup U 19--  yg akhirnya meloloskannya   (tepatnya akhir tahun ini sekitar Oktober),  siap siap mempertaruhkan nama baik bangsa di Kejuaraan U 19 di tingkat Asia. Jika Indonesia lewat remaja 19 an ini mampu masuk semifinal (4 besar), maka kita akan berhak ikut Piala Dunia U 20.
      Ambisi Indra Sjafri adalah juga impian kita. Bahwa sekarang lah kesempatan itu ada. Jika mereka mampu kelak menggapai impian bangsa ini maka satu yg harus kita inginkan buat mereka. Yakni, pertahankan pemain pemain dalam Timnas U 19 itu. Kelak, satukan mereka di Timnas U 21 di saat sdh berusia 21, dan seterusnya nanti di U 23 dan hingga mereka di Timnas Senior. Jangan pecah belah mereka. Jangan pernah masuk klub Liga ISL. Jika perlu, mereka itu disatukan lewat klub dengan nama Indonesia U21 atau Indonesia U 23 atau Garuda Muda 21, (sesuaikan dg usia mereka nantinya). Ikutkan mereka di Kompetisi Liga di Indonesia misalnya.. ISL.. atau namanyq kelak, seperti yg terjadi Di Malaysia (Timnas U 19 nya ikut di Liga Malaysia).Jangan sampai masuk ke klub klub lain. Krn jika para pemain ini dipecah ke klub klub berbeda, maka besar kemungkinan mereka terkontaminasi hingar bingar dan eforia klub.
        Yg paling ditakutkan di klub klub ( seperti saat ini ) adalah antara lain, dengan alasan klasik, yakni mereka terlalu cepat berumah tangga. Rata rata pemain bola saat ini, adalah di usia 21 telah banyak yg  berkeluarga. Salah satu dalihnya, juga karena materi uang ( kontrak pemain bsa mencapai ratusan juta pertahun blm termasuk gaji perbulan), sehingga memotivasi para pemain sepakbola utk berkeluarga lebih muda, dari usia rata-rata.
      Bahkan, tak sedikit manajemen klub membiarkan para pemainnya keluar malam, ke diskotek, ke klub klub malam, dll,  misalnya, saat longgar waktu atau saat jadwal latihan sedang lowong.
      Dari paparan di atas, semoga Timnas U 19 khususnya dan Indonesia umumnya, kelak mampu mewujudkan impian bangsa ini di kancah Piala Dunia hendaknya.Jika perlu, para pemain ini menandatangani surat pernyataan, kesediaan utk tidak menikah hingga usia. .. Xx tahun.
 Wallahu 'alam bissawab.

*) Udha Hendra, pengamat sepakbola dunia, penggemar Semen Padang FC sejak 1980 hingga kini. Sekarang Notaris dan P.P.A.T.

Tidak ada komentar: