Kamis, 22 Oktober 2015

PUISI : LABIRIN 2

LABIRIN 2
--episode sarapan

Puisi Udho Boy Hendra

dalam tempurung
engkau sarapan angin sisa-sisa
bayu yang merasuk
pada pori-pori ventilasi

menghirup hidangan
di piring sarat jerebu
mengendus rasa syahdu

"kaubukalah jendela meski sekejap", bisik semut
di sudut dinding purba

dan pasrahlah
pada waktunya kau
akan lelah

padang, 22.10.2015

PUISI: LABIRIN

LABIRIN
--masih  tentang kabut asap

Puisi Udho Boy Hendra

gerombolanmu masih mengungkung
setia menyelimut
gerak tersiksa bagai kerakap
entah kapan kaupamit

masker-masker bertumpuk
laris terjual
dagangan lain membusuk
mencampur masker ternoda
waktu ringkih
mencium hama
batinpun hanya
bersohib akan sesak

warna-warnimu membias
ispa
betapa warga menggeletak
rumah sakit pun
menginfus  pasienmu
perawatpun memasker diri
tersebab nestapamu,
wahai jerebu!

ya Allah, Dzat Maha Penolong
pertanda apa ini?

jerebu masih mengitar
melabirin
menyiksa anak anak bangsa

ya Rabb,
hasbunallah wani'mal wakiil
ni'ma maula..

wahai kabut asap, saatnya engkau bertaubat pd Allah

padang, 22.10.2015

Jumat, 16 Oktober 2015

PUISI : RAHASIA WAJAHMU

Di Rahasia Wajahmu Puisi Udho Hendra tiba-tiba detak jantungku berdetak kencang memacu dan memburu :kaukah yang bernama cinta yang sekian lama menyuruk? kaukah yang bernama rindu pada tawa gelak riuh dan malu-malu? kuharap kaudatang pada saat rindu membubung dan wajahmu adalah detak asmara padang, 16102015

Kamis, 15 Oktober 2015

P I D A T O

PIDATO

DALAM berpidato, bukan hanya penguasaan materi dan audience,  serta pemilihan kata-kata yang bernas saja, akan  tetapi juga pengaturan irama yang memikat  (baca :  intonasi suara) dan mempengaruhi audience agar memperhatikan kata demi kata sang Orator.
Sang orator yang baik, akan mengakhiri pidatonyo ketika audience tak berkedip  memperhatikan dan mendengarkan sang orator berbicara, dan tak bergerak.posisi duduknya menyimak pesan-pesan sang orator yang padat isi dan berkualitas.
Tepuk tangan audience, tatkala si orator berpidato --baik di tengah  maupun di akhir pidato--- merupakan bagian yang menandakan Si Orator telah mampu  menjadi seorang orator yang mumpuni, yang seakan selalu ditunggu-tunggu...

(Udho Boy Hendra)

PUISI : DI MANAKAH BINTANG

DI MANAKAH BINTANG

Puisi Udho Boy Hendra

di negeri ditutup daun-daun
tanpa senyum
menyaru
dan mengungkung cerita
tentang syair
di musim gugur

di gigilnya hawa
di manakah bintang
yang tulus
melukis senyum?

pohon-pohon hanya
tumbuh sia-sia
jatuh
dan disibukkan
basa basi tentang
rindunya kehangatan

usahlah kautanyakan lagi tawa para gemintang di negeri khatulistiwa

15102015

Rabu, 14 Oktober 2015

PUISI : HANYA

HANYA

Puisi Udho Boy Hendra

daur kehidupan
 menafikan  rinainya  yang pongah
berujar tentang bait-bait
mimpi
yang seakan kamuflase
 berbilang
dan bukan sekadar bualan
pada sengkarut  asa
yang ditengarai oleh murka purba itu

: itu semua hanyalah pawai mimpimu, wahai rinai!

padang, 14102015